Baru beberapa menit yang lalu aku baca MP seorang ukhti yang bercerita tentang betapa polosnya anak-anak dalam menyerap sesuatu. Bagaimana anak kecil itu seperti spon yang menyerap air. Semua diserap habis, tak bersisa. Kemudian nanti mereka keluarkan kembali dengan cara yang tak kita duga. Yang mungkin bisa membuat dahi kita berkerut saking syoknya.
Jadi ingat pengalaman mengajar anak-anak di TPA beberapa bulan lalu. Saya mengajar Bahasa Inggris di sebuah TPA di daerah Slipi, dengan murid dari TK sampai kelas 4, sebanyak kurang lebih 40 anak. Karna perbedaan usia itu, makanya saya pisah mereka jadi 2 kelas di hari yang berbeda, Senin dan Jum'at . Aslinya sih saya hanya mengajar hari Senin, tapi ga sanggup. Mereka aktif n kritis buanget. Lagipula kasian mereka, saya jadi ga fokus mengajar karna beda usia itu.
Pertama kali datang, saya tidak mengajar. Hanya memperhatikan bagaimana cara pengajar yang lain mengajar. Pengajar yang lain adalah 2 orang ibu yang tinggal disekitar mushola dan anaknya pun belajar disitu. Melihat mereka mengajar, saya sedikit kurang suka dengan caranya. Mereka meminta anak-anak itu diam -emang bisa ya anak kecil disuruh diam- dengan mengetukkan batang sapu di meja.
Saya perhatikan semuanya, dan berjanji bahwa hal seperti itu tidak akan terjadi di jam saya mengajar. Dan selama beberapa bulan, saya tepati janji itu. Untuk anak-anak yang kelas 2 keatas, saya buat perjanjian dengan mereka. Saya katakan bahwa saya tidak suka marah-marah or teriak-teriak, saya mau ketika jam belajar mereka tidak bicara sendiri. Kalau tidak mau belajar, maka lebih baik keluar. Selain itu, dikelas saya, mereka bebas memilih mau belajar apa. Kadang mereka memilih untuk mengulang apa yang sudah diajarkan gurunya disekolah, atau mengerjakan pr dari sekolah. Saya juga tidak hanya mengajarkan menulis, tapi sebisa mungkin mengajarkan membaca. Bahannya?? Tinggal browsing di internet.
Untuk yang TK, karena mereka masih suka bermain-main, maka dalam mengajar saya sesuaikan dengan dunia mereka. Yang paling sering sih, mewarnai. Saya browsing plus beli buku yang bisa mambuat mereka belajar mewarnai, mengenal benda, sekaligus menulis.
Sebulan disana, mereka dekat dengan saya. Sampai-sampai ibu-ibu mereka heran, kenapa anak-anaknya bisa dekat sekali dengan saya. Gimana ga heran, ada murid saya yang tadinya peliiiit sekali bahkan pada kakaknya sendiri, eh malah klo punya apa-apa inget sama saya. Ada juga yang ngikutin kemana saya pergi dan ga mau berbagi saya dengan yang lain.
Saya tau bahwa saya masih jauuuuuuh dari sempurna dalam mengajar. Lha wong ga ada basic apa-apa jee. Tapi saya berusaha memberikan yang terbaik bagi mereka. Berusaha untuk mencontohkan pada beberapa ibu mereka bahwa anak-anaknya adalah permata yang tidak boleh merasa rendah diri karena keterbatasannya.
Ada murid saya yang hitam, ketika saya menyapanya dengan kata cantik, dia tertegun memandang saya kemudian bertanya "Memang saya cantik miss?? Saya kan hitam."
Ada murid saya yang kurang bisa konsentrasi klo mengerjakan sesuatu dengan teman-temannya (karna takut ketinggalan, dia malah ga fokus), saya latih dia untuk fokus dengan mengasingkan dia sementara dan ternyata memang dia bisa. Ketika saya katakan "Tuh kan..Joko bisa. Pinter deh." Sama tertegunnya dia memandang saya sambil bilang, "Kata bu guru, saya bego miss."
Miris sekali saya mendengar komentar murid-murid saya ketika mereka menerima pujian dari saya. Sungguh sayang bahwa yang membuat mereka bodoh, rendah diri, penakut, bandel, cengeng bukanlah mereka sendiri, tapi para orang dewasa di sekeliling mereka. Yang dengan mudahnya menjudge mereka, hanya karena kekeliruan dan kepolosan kecil yang mereka tunjukkan.
Uhmmm... saya jadi kangen dengan mereka semua. Tau tidak ya mereka, bahwa selama mengajar, merekalah yang sebenarnya memberikan pelajaran berharga bagi saya.
Pelajaran untuk sabar, untuk mendengarkan mereka, juga belajar untuk percaya. Bukankah kita yang dewasa ini sudah terlalu penuh curiga dengan orang lain. Sehingga kita lupa bagaimana mempercayai. Padahal, kita ingin dipercaya kan???
Semoga, saya bisa secepatnya berkunjung menemui mereka. Guru kecil saya