23 Apr 2008

Catatan Tengah Hari

Sekarang lagi sendirian neh. Well.. tidak dalam arti yang sebenarnya tentunya. Nda bilang sendirian karena para mahluk di divisi tersayang gi pada ga ada. Mas Hendra gi ke Cirebon, Mb' Dina gi ke Protel, Bu Ika dari tadi blom datang, rencananya sih meeting di luar. So.. ga salah kan klo Nda bilang sendirian.

Kerjaan?? Ada kok kerjaan. Barusan selesai kasih laporan piutang BTS ke Icha, n sekarang mo ngecek rekap pengeluaran Bandung. But b4 i move on with my work, boleh donk klo nulis dulu.

Setengah harian ini, selain kerja Nda chat sama Mb' Oci. Hari ini dia ga banyak curhat (sebenernya juga ga banyak chat, sibuk kali dia). Sempet chat juga sama mb Ita. Kemarin dia minta tolong dicariin Alfalink, jadi tadi Nda report n kasih saran seputar Alfalink itu. Chat sama Rika juga ada, even cuma sebentar. Sahabatku itu lagi sibuuuuuuk banget. Susah deh mau ngobrol banyak. Yang terbaru adalah tadi chat sama mb Diena HA. This is my 1st chat through YM with her. And you know what, lega banget setelah chat sama dia. Uhmmm... rasanya dia bisa ngerti maksud Nda untuk berusaha menikmati hari yang aku punya dengan berbuat yang terbaik yang Nda bisa untuk orang-orang terkasih. Karna yang Nda miliki hanya hari ini. Hari ini dan bukan kemarin, apalagi besok. Bukankah Nda ga tau, apakah besok BELIAU masih mengijinkan Nda menghirup udara atau tidak. Ga ambil pusing apakah dalam prosesnya Nda harus jatuh bangun berkali-kali, harus terluka, berdarah ataupun menangis.

Nda hanya ingin melakukan yang terbaik, sehingga tidak ada penyesalan nantinya. Hidup dalam penyesalan akan lebih menyakitkan dari semua rasa sakit akibat memberikan yang terbaik hari ini.

Beberapa tahun terakhir ini Nda belajar bahwa: Hidup itu bukan Take and Give, melainkan Give and Receive

Bahwa ketika kita hidup dan memuliakan orang lain, maka alam akan memuliakan kita.

Begitulah adanya


21 Apr 2008

Kenek yang Baik

Teman... Jika saya menyebutkan kata KENEK, apa yang terlintas dalam pikiran anda??

Waktu saya tanya ke teman, jawabannya adalah: Metromini, Kopaja, Bis, galak,kasar, cempreng, dekil, ga sopan, mata duitan. Ga ada bagus-bagusnya kan?? So, how about you guys?? Apa kalian berpikiran sama dengan teman saya??

Hmmm.. saya ga bisa menyalahkan kalau kalian berpendapat sama, karna memang kebanyakan kenek seperti itu. Suka kasar klo minta ongkos, suka kurang klo ngembaliin kembalian, berisik klo udah teriak-teriak, ga peduli sama kuping kita yang udah setengah budek dengerin teriakannya. Belum lagi kenek yang suka memaksa kita untuk terus bergeser, padahal itu bis udah penuuuuuuuuuh banget. Berdiri aja udah susah.

Tapi guys.. pagi tadi saya mendapati seorang kenek yang jauh dari kriteria diatas. Beneran deh. Ceritanya, seperti biasa, setelah turun dari kereta, saya meneruskan perjalanan ke kantor dengan metromini. Nomer berapa aja, pokoknya yang ke blok m dan melewati pasar mayestik.

Tadi pagi, begitu keluar peron, saya dapati beberapa metromini yang ngetem. Rata-rata semuanya masih cukup kosong (yaaah paling tidak klo pun ga dapet tempat duduk, berdirinya masih cukup enak lah), dan masing-masing keneknya berpromosi bahwa masih ada bangku kosong di metromininya. Pagi ini saya ga ambil pusing kosong apa ga, soalnya udah telat , mana harus ke bank dulu, jadi.. naiklah saya ke metromini yang terdekat dengan saya, yang berada dideretan depan. Dan sesuai dengan promosi sang kenek, metronya masih kosong, kosong untuk berdiri karna semua bangku sudah terisi.

Disitulah keruntuhan pendapat tentang semua hal negatif tentang kenek dimulai. Diawali ketika sang kenek -pria berambut sedikit panjang dengan kumis dan senyum ramah- meminta ongkos kepada para penumpang. Setiap menerima uang ataupun memberikan kembalian, kenek itu selalu mengucapkan terima kasih. Hal yang sangat jaraaaaaaaaang sekali terjadi didunia perkenekan.

Ketika sampai padaku (tadi itu, saya adalah penumpang pertama yang berdiri yang ia mintai ongkosnya), selain mengucapkan terima kasih ketika menyerahkan kembalian, dia juga minta maaf. Mau tau, maaf untuk apa?? Dia bilang begini,"Maaf ya mbak, mbaknya berdiri, padahal tadi saya bilang masih ada bangku kosong." Sumpah saya syok... seumur-umur baru kali ini ada kenek sopan begini. Waktu dia berjalan ke bagian depan bis, dia pun permisi dengan sopan. Ga asal jalan sradak sruduk. Pokoknya sopan deh.

Sampe di sabang, rupanya ada beberapa orang yang turun. Dan dengan sopan, mas-mas kenek itu menghampiri satu-satu penumpang yang masih berdiri kemuan mempersilahkan duduk. Dan kalian yang biasa ngebis pasti tau bahwa ada juga tipikal penumpang yang ga mau geser. Yang tetep kekeuh duduk ditempatnya, sama sekali ga mau ngalah. Ga peduli yang mau duduk tuh gede badannya (like me ) atau yang mau duduk tuh bawa banyak tentengan yang susah diajak kompromi. Tadi pun ada penumpang yang seperti itu and you know what, mas kenek itu bisa lho, ngerayu penumpang (bapak-bapak berwajah cemberut) untuk mau bergeser. Keren kan?!?!? FYI, dia ga pake marah or ngomong kasar, tapi dengan baik dan sopan.

Hmmm.. sungguh pengalaman yang luar biasa. Dan benarlah pepatah lama itu "Don't Judge a Book by It's Cover"

14 Apr 2008

Puisi darinya

Iseng buka FS, trs buka-buka inbox lama. Hmm.. ternyata ada hadiah dari cintaku. Puisi ini dia bacain waktu 'nembak aku' (blushing mode on), trs ga lama dia kirimin ke FS.

Ga tau apa judulnya.. nti deh aku tanya.



Andai saja bagimu
hadirku hanya sebatas sandaran bagi gelisahmu,
aku rela berikan sandaran itu
Andai saja bagimu rasa yang kuberi hanya hanya obati hatimu saat kau luka akan kuberikan rasa yang lebih agar kau terobati
Andai saja bagimu hadirku hanya teman sesaat dalam penghantar mimpi-mimpimu biarlah kutemani setiap malammu
Bahagia yang kurasa mungkin tak seperti yang kau rasa
Cinta yang kumiliki mungkin tak seperti yang kau miliki Kebersamaan yang kurasakan mungkin tak seperti yang kaurasakan namun akan aku biarkan diriku menjadi apa yang kau butuhkan
Walau harus kuakui
Aku cemburu melihatmu tertawa dengan yang lain tidak denganku Melihatmu ceria dalam kebersamaan yang lain dan tidak denganku
KAU TAHU !
Aku ingin terus hadir dalam hatimu walaupun hanya sebagai perkakas usang yang tak kau butuhkan tapi biarakn aku dalam hatimu sesaat saja sebelum kau lupakan semua

( Untuk mu bungaku semoga kau tak pernah layu, karena aku sayang padamu )

2 Apr 2008

Kebaikan dalam Tubuh Kecil


Tuhan baik sekali padaku.

Hari ini, Beliau menyajikan pemandangan indah, pelajaran kemuliaan hati, melalui episode sederhana. Sederhana namun dalam. Sederhana, namun bisa membuatku berpikir, dan membuatku teringat akan kata-kata motivator favoritku, yang isinya kurang lebih:

Dalam keberhasilan tertinggi, selalu ada kesederhanaan.

Ceritanya.....

Pagi ini aku kesiangan berangkat ke kantor. Bukan karna terlambat bangun lho! Tapi karna keasikan nonton film kartun, plus ngobrol sama Bunda. Jadi, begitu tiba di stasiun, KRL ekonomi yang biasa kutumpangi sudah pergi. Kalau sudah begitu, aku harus menunggu KRL AC Ciujung (yang ke Serpong dulu, baru kemudian kembali ke Kebayoran).

Setengah sembilan kurang, petugas stasiun sudah mengumumkan bahwa KRL Ciujung akan tiba di jalur 1. Bergegas kumenuju peron jalur satu. Sampai disana aku masih harus menunggu. Dalam penantian itu, aku mendapat pelajaran baru dari seorang anak kecil penjual koran.

Anak kecil itu mungkin berusia 7 - 8 tahun. Mengenakan kaos oblong warna biru, celana pendek, dengan rambut agak botak dan kulit sawo matang. Saat itu, dia sedang berjongkok di depan pagar, untuk membeli risoles yang dijual dibalik pagar besi pembatas antara kantor stasiun dengan peron . Sementara aku, berdiri tidak jauh dari tempat dia jongkok. Ketika dia sedang bertransaksi, datang seorang nenek tua, pengemis, yang memang biasa berada di sekitar stasiun.

Nenek itu mendekatiku, untuk berterima kasih. Sesuatu yang membuatku rikuh. Karena setiap kali aku memberinya uang, tidak peduli banyak atau sedikit, dia selalu berterima kasih berulang-ulang. Seperti pagi tadi. Aku memberinya uang sudah bermenit-menit yang lalu, tapi tiap kali melihatku, dia pasti langsung menghampiriku untuk berterima kasih. Selalu seperti itu. Sejak pertama kali aku mengenalnya.

Kembali ke anak tadi. Rupanya dia telah selesai membeli seharga 750 itu. Dengan uang 1000, tentu dia hanya mendapat 1 buah dengan kembalian sebesar 250. Nah, begitu menerima kembalian, dia langsung memasukkan uang receh itu kedalam gelas aqua yang dibawa oleh nenek pengemis itu.

Si nenek merasa keberatan dan bermaksud mengembalikan uang itu. Mungkin karena dia merasa bahwa keadaannya dengan si anak tidaklah jauh berbeda. Tapi si bocah menolak dengan tegas. And you know what he said?!?!? "Mak, aku emang cuma ngasih dikit, tapi beneran iklas. Diterima donk. Aku kan juga pengen ngasih emak. Klo duitku banyak, aku kasih banyak deh."

Aku tertegun melihat adegan itu. Tertegun tanpa bisa berkata apa-apa. Rasanya ingin berbicara banyak dengan si bocah. Sayangnya keretaku sudah datang. Rupanya Allah mendengar pintaku, karena ketika sudah berada dalam kereta (yang ternyata masih menunggu waktu keberangkatan), si bocah naik ke gerbongku, dan menawaraiku koran.

Sebetulnya aku sudah beli koran, tapi berhubung ingin berbicang dengannya, aku beli lagi korang yang berbeda. Ini adalah percakapan kami:

"Koran mbak" ujarnya sambil memperlihatkan korang yang dibawanya. "Tempo, Warta Kota"
"Warta deh. Berapa?"
"Seribu mbak"
"Eh, dek, tadi risolnya enak ga?"
"Enak mbak, tapi kecil"
"Ga kenyang ya?" Dia tidak menjawab, hanya tersenyum malu.
"Kenapa ga beli 2 aja?"
"Enggak mbak, 1 aja. Kan kembalinya bisa ngasih pengemis"
"Kenapa ngasih pengemis, kan jadi ga kenyang."
"Gpp mbak. Aku juga kan pengen ngasih, pengen ngamal. Kan udah jualan koran."

Ingin rasanya terus berbincang dengan dia, sayangnya, petugas sudah mengumumkan kalau kereta akan berangkat. Itu tandanya para pengasong harus segera turun, karna pintu kereta akan ditutup. Namanya juga kereta AC, jadi tidak boleh ada yang berjualan.

Duhai adik kecil.. aku sungguh patut belajar darimu. Bahwa dalam hidup, sesusah apapun kita, menolong orang lain adalah suatu keharusan, bahkan sebisa mungkin menjadikannya sebagai kebutuhan. Sekecil apapun pertolongan itu. Bahkan ketika orang lain menganggapnya tidak berarti.

Duhai adik kecil.. terima kasih atas pelajaran hari ini. Terima kasih untuk teladan yang kau berikan hari ini.

Semoga BELIAU membalas semua kebaikanmu.

Semoga BELIAU selalu menjaga raga dan nuranimu.

Ahhh.... sayangnya... aku lupa menanyakan namanya.