15 Feb 2009

Seorang sahabat baik saya, yang sudah saya kenal seumur hidup saya bercerita... Sekarang ini, dia merasa tak berharga, merasa hanya sebagai pelepas dari orang yang dia anggap bagian jiwanya. Ketika saya tanya kenapa merasa begitu?? Dia bercerita bahwa beberapa bulan ini, orang yang dia anggap setengah jiwanya itu berubah. Hanya berbicara jika perlu. Hanya menghubungi jika butuh. Tidak menjelaskan ada apa sebenarnya. Pembicaraan yang dilakukan pun, rasanya bukan pembicaraan dari hati ke hati. Tidak ada lagi perhatian, tidak ada lagi sms penuh sayang, bahkan untuk sekedar menanyakan kabarnya hari itu. Smsnya pun, jarang mendapat respon. Jadi yang bisa dia lakukan hanya menunggu.

Dalam penantiannya, batinnya teriris. Hatinya bertanya-tanya.
'apa salahku?'
'dimana salahku?'
'masihkah aku dicintai?'
'apakah aku ini hanya sebuah perban untuk mengobati luka, yang kemudian dibuang jika lukanya sudah sembuh?'

Dalam penantiannya, jiwanya meratap.

Yang dia inginkan sederhana, menjadi partner. Tapi rasanya itu mimpi yang terlalu tinggi. Karna menjadi partner berarti dalam suka dan duka. Berarti berbagi cerita dan beban. Bukan sekedar orang yang dikesampingkan, dan kemudian dilupakan. Seperti arsip lama yang disimpan dalam lemari. Tak tersentuh, tak di ingat, sampai dibutuhkan.
Bukan sekedar orang yang diberikan jawaban 'ga ada apa-apa kok' padahal sebenarnya ada sesuatu.

Raganya menangis. Hatinya menangis.
Rasa tidak berharga dan semua hal yang dulu dia pikir sudah dia atasi, muncul kembali. Bahkan lebih besar dari sebelumnya.

Ahh .. terlalu banyak yang dia rasakan, sampai saya tidak bisa menuliskannya.

Dan kali ini, saya -yang sudah mengenalnya seumur hidup, sebaik saya mengenal diri saya- tidak kuasa membantunya.

1 comment:

  1. iyah..kadang emang susah nasehatin temen yang kaya gitu..tapi temen yang baik harus bisa ngingetin dan menasehatin sekaligus jadi tempat curhat yang baik

    ReplyDelete

Mari mari.. silahkan tinggalkan jejak pelangimu ^_^