18 May 2011

Belajar dari Cobaan (Kematian)

Hi temans!!
Gimana long wikennya?? Eh, btw.. kalian ikutan cuti bersama ga? kemarin lusa itu. Saya sih emang udah ngajuin cuti bahkan sebelum para pembesar negara itu mutusin untuk cuti bersama untuk para PNS didetik-detik terakhir. Gimana ya mereka itu?? Saya aja yang mikirin diri sendiri, udah prepare untuk cuti dari beberapa hari sebelumnya. Masa mereka yang (harusnya) mikirin orang banyak, malah bikin keputusan dadakan gitu. Emangnya penduduk negara ini PNS semua ya??? Gak kan?! Mamanya temen saya terlantar di stasiun karna jadwal kereta mendadak berubah mengikuti si cuti bersama itu. Dia pekerja, dia warga negara ini, tapi sayangnya dia bukan PNS jadi dia tidak libur. See.... jadi para pembesar negara, jangan marah klo ada yang komplen tentang ketidakberpihakan anda pada rakyat ;).

Eniwei... kok saya malah ngelantur ya?!?! Hehehe.. anggap intermezo aja lah ya ;). Siang ini saya mau cerita soal apa yang saya rasa setelah beberapa bulan terakhir ini bersinggungan dengan kematian. Mulai dari sepupunya temen masa kecil saya, bapaknya temen kantor saya, dan bahkan temen kantor saya sendiri. 


Ketiga orang itu pergi dalam waktu yang tidak terlalu jauh. Dua diantaranya pergi karna sakit serius dan yang seorang pergi setelah beberapa hari koma (tanpa pernah sadar) akibat luka dalam yang dideritanya setelah kecelakaan motor.

Saya datang melayat. Melihat wujud nyata mereka untuk terakhir kalinya. Sayangnya, saya hanya bisa mengantar satu orang saja ke rumah terakhirnya.

from here
Melayat. Berada dalam satu ruangan dengan jenasah mereka, selalu membawa beragam rasa dalam hati. Sedih pasti yang pertama. I mean, siapa juga yang ga sedih ditinggal pergi selamanya. Apalagi oleh orang yang kita kenal. Lega menyusul kemudian. Eits.. bukan berarti saya senang mereka meninggal. Gila apa saya?!!? Sama sekali engga. Hanya saja seringkali saya merasa lega setiap ada orang yang sakit parah -yang sudah mengalami berbagai macam bentuk pengobatan dan perawatan- meninggal. Lega, melihat mereka tidak lagi merasakan sakit. Lega melihat keluarganya tidak perlu lagi mengalami sakit fisik, mental dan emosional melihat orang terkasihnya yang sakit. Bukan berarti juga saya ga pengen orang yang sakit trus jadi pasrah ama sakitnya. Cuma, klo misalnya baik yang sakit maupun yang sehat sudah berusaha semaksimal mungkin, ya mungkin yang terbaik adalah dengan dipnggil kembali ke pangkuan sang Pemilik Hidup. Salahkah?! Mungkin. Terserah aja. Kan pendapat orang beda-beda ya. 

Selain rasa, ada hal lain yang menyelinap di hati saya setiap melayat. Pertanyaan. Yup! Ada banyak sekali pertanyaan berputar dikepala saya sehubungan dengan kematian plus-minus sebab akibatnya. Engga, saya bukan nanya kapan saya meninggal. Karna ga ada yang bisa jawab. Tapi pertanyaannya lebih kepada akan seperti apa saat saya meninggal nanti. Baik? Buruk? Gampang? Susah? atau bagaimana. Akan seperti apa rumah duka saya nanti? Sepi-kah? (brarti dikit dunk ya yang ngelayat). Ramai-kah?? Adakah yang akan bersedih (selain orang tua saya tentunya). Seberapa banyak sih yang akan ngelayat?

Warisan apa yang akan saya tinggalkan untuk keluarga (+ orang sekitar) saya. Hey.. it's not just about material. Cause GOD's know I still have nothing right now. Even tak menutup kemungkinan juga tiba-tiba saya diberi kelimpahan materi yang tak dinyana tak diduga. Ya toh?! Atau mungkin saya malah meninggalkan beban untuk keluarga saya. Let's say klo misalnya meninggalnya karna sakit trus biaya berobatnya mahal. Secara makin hari, orang biasa dilarang sakit di negeri ini (amit-amit.. ketok meja 7x). I mean.. anything can happen. Right?? Tapi yang saya maksud lebih kepada kenangan or nilai apa sih yang bisa saya tinggalkan untuk keluarga saya?! seperti apa sih orang akan mengenang saya??

'Yaiks! Lebay banget sih!'
Mungkin sebagian dari kalian yang membaca akan menganggap atau berpikiran begitu. Gpp kok. Itu hak kamu. Tapi memang ini lah pikiran-pikiran yang sempat berdiam dikepala saya. Dan terkadang, saya tidak bisa mengontrol pikiran-pikiran itu. Mereka hadir dan berdiam di kepala saya. Kadang lama, kadang sebentar. Dan semuanya, saya coba nikmati. Semampu saya. Semoga dengan begitu, saya bisa menikmati hidup. Menghargai hidup.



6 comments:

  1. mau komen yg ttg hari kejepit ajah. ember, pemerintah tuh senengnya grusa grusu. saya termasuk yg sempet cengo' di stasiun karena ga tau KRL ga jalan. Padahal, sampai dengan Jumat malam PT KAI masih bilang KRL tetap beroperasi loh untuk Senin. Huft, kelakuan....kelakuan...

    ReplyDelete
  2. Emang iya mba. Kemarin saya denger banyak orang terlantar. Yang naik busway begitu juga.

    ReplyDelete
  3. boleh Mbak...
    dicopy aja.
    sebenarnya aku mau foto Dija pake topinya itu yang lebih bagus gitu, cuma belom sempat. dan dress nya belom jadi. yah...seadanya dulu lah yaa....

    ReplyDelete
  4. Makasih aunty Elsa... Pake kaos kegedean ajah dah cantik kok :)

    ReplyDelete
  5. wah, kami tetep ngantor mba, kagak libur -.-"
    btw, soal kematian, aku sll berpikir mau menghembuskan nafas terakhir di samping orang2 tercinta. itu saja ;)
    happy weekend :)

    ReplyDelete
  6. liburan kemarin emang buat pusing..maksudnya pusing mau kemana hehe..

    ReplyDelete

Mari mari.. silahkan tinggalkan jejak pelangimu ^_^