Tuhan baik sekali padaku.
Hari ini, Beliau menyajikan pemandangan indah, pelajaran kemuliaan hati, melalui episode sederhana. Sederhana namun dalam. Sederhana, namun bisa membuatku berpikir, dan membuatku teringat akan kata-kata motivator favoritku, yang isinya kurang lebih:
Dalam keberhasilan tertinggi, selalu ada kesederhanaan.
Ceritanya.....
Pagi ini aku kesiangan berangkat ke kantor. Bukan karna terlambat bangun lho! Tapi karna keasikan nonton film kartun, plus ngobrol sama Bunda. Jadi, begitu tiba di stasiun, KRL ekonomi yang biasa kutumpangi sudah pergi. Kalau sudah begitu, aku harus menunggu KRL AC Ciujung (yang ke Serpong dulu, baru kemudian kembali ke Kebayoran).
Setengah sembilan kurang, petugas stasiun sudah mengumumkan bahwa KRL Ciujung akan tiba di jalur 1. Bergegas kumenuju peron jalur satu. Sampai disana aku masih harus menunggu. Dalam penantian itu, aku mendapat pelajaran baru dari seorang anak kecil penjual koran.
Anak kecil itu mungkin berusia 7 - 8 tahun. Mengenakan kaos oblong warna biru, celana pendek, dengan rambut agak botak dan kulit sawo matang. Saat itu, dia sedang berjongkok di depan pagar, untuk membeli risoles yang dijual dibalik pagar besi pembatas antara kantor stasiun dengan peron . Sementara aku, berdiri tidak jauh dari tempat dia jongkok. Ketika dia sedang bertransaksi, datang seorang nenek tua, pengemis, yang memang biasa berada di sekitar stasiun.
Nenek itu mendekatiku, untuk berterima kasih. Sesuatu yang membuatku rikuh. Karena setiap kali aku memberinya uang, tidak peduli banyak atau sedikit, dia selalu berterima kasih berulang-ulang. Seperti pagi tadi. Aku memberinya uang sudah bermenit-menit yang lalu, tapi tiap kali melihatku, dia pasti langsung menghampiriku untuk berterima kasih. Selalu seperti itu. Sejak pertama kali aku mengenalnya.
Kembali ke anak tadi. Rupanya dia telah selesai membeli seharga 750 itu. Dengan uang 1000, tentu dia hanya mendapat 1 buah dengan kembalian sebesar 250. Nah, begitu menerima kembalian, dia langsung memasukkan uang receh itu kedalam gelas aqua yang dibawa oleh nenek pengemis itu.
Si nenek merasa keberatan dan bermaksud mengembalikan uang itu. Mungkin karena dia merasa bahwa keadaannya dengan si anak tidaklah jauh berbeda. Tapi si bocah menolak dengan tegas. And you know what he said?!?!? "Mak, aku emang cuma ngasih dikit, tapi beneran iklas. Diterima donk. Aku kan juga pengen ngasih emak. Klo duitku banyak, aku kasih banyak deh."
Aku tertegun melihat adegan itu. Tertegun tanpa bisa berkata apa-apa. Rasanya ingin berbicara banyak dengan si bocah. Sayangnya keretaku sudah datang. Rupanya Allah mendengar pintaku, karena ketika sudah berada dalam kereta (yang ternyata masih menunggu waktu keberangkatan), si bocah naik ke gerbongku, dan menawaraiku koran.
Sebetulnya aku sudah beli koran, tapi berhubung ingin berbicang dengannya, aku beli lagi korang yang berbeda. Ini adalah percakapan kami:
"Koran mbak" ujarnya sambil memperlihatkan korang yang dibawanya. "Tempo, Warta Kota"
"Warta deh. Berapa?"
"Seribu mbak"
"Eh, dek, tadi risolnya enak ga?"
"Enak mbak, tapi kecil"
"Ga kenyang ya?" Dia tidak menjawab, hanya tersenyum malu.
"Kenapa ga beli 2 aja?"
"Enggak mbak, 1 aja. Kan kembalinya bisa ngasih pengemis"
"Kenapa ngasih pengemis, kan jadi ga kenyang."
"Gpp mbak. Aku juga kan pengen ngasih, pengen ngamal. Kan udah jualan koran."
Ingin rasanya terus berbincang dengan dia, sayangnya, petugas sudah mengumumkan kalau kereta akan berangkat. Itu tandanya para pengasong harus segera turun, karna pintu kereta akan ditutup. Namanya juga kereta AC, jadi tidak boleh ada yang berjualan.
Duhai adik kecil.. aku sungguh patut belajar darimu. Bahwa dalam hidup, sesusah apapun kita, menolong orang lain adalah suatu keharusan, bahkan sebisa mungkin menjadikannya sebagai kebutuhan. Sekecil apapun pertolongan itu. Bahkan ketika orang lain menganggapnya tidak berarti.
Duhai adik kecil.. terima kasih atas pelajaran hari ini. Terima kasih untuk teladan yang kau berikan hari ini.
Semoga BELIAU membalas semua kebaikanmu.
Semoga BELIAU selalu menjaga raga dan nuranimu.
Ahhh.... sayangnya... aku lupa menanyakan namanya.
No comments:
Post a Comment
Mari mari.. silahkan tinggalkan jejak pelangimu ^_^