Seperti biasa, hari ini aku menulis karna ada satu dorongan untuk melakukannya. Bukan karna ada hal atau topik khusus yang ingin kutulis dan kuceritakan. Walaupun memang ada beberapa hal yang menarik bagiku setelah libur akhir pekan kemarin. Hmm.. sekedar info, akhir pekan kemarin itu kuhabiskan dengan melalap habis eclipse dan breaking dawn -2 buku terakhir dari Twilight Saga-nya Stephani Meyer- dalam waktu kurang dari 12 jam. Aku gak tau apa itu rekor tercepatku selama menjadi pecinta buku. Tidak pernah benar-benar menghitung sih :D. Tapi kalau melihat reaksi sahabatku waktu kuceritakan bahwa aku sudah menyelesaikan 2 buku itu –reaksinya adalah membelalak dan berulang kali melontarkan kata sinting-, rasanya memang aku cukup cepat membacanya. Selain itu, hari minggu –yang bertepatan dengan V Day- aku mengabiskan waktu dengan sahabatku. Dan Alhamdulillah, Thanks GOD, hari itu kami tidak sekedar nonton dan hang out saja. Tapi ada semacam up grading dalam hubungan persahabatan kami. Satu hal yang rasanya sudah lama tidak kami lakukan. Dan walaupun yang terjadi kemarin sungguh tidak di rencanakan, but still.. it was a very special moment. Hehehe.. aku ga bisa cerita detail tentang itu, even kurasa tidak ada salahnya untuk dibagi, mungkin bisa bermanfaat untuk orang lain. Tapi kan aku perlu minta ijin dulu sama dia. Gimana pun, kemarin itu kan tidak hanya tentang aku semata ~_^
Anyway.. apa sih yang sebenarnya ingin aku ceritakan?!? Mulai ngelantur nih aku. Let see.. eclipse memang banyak membuatku tertawa. Sangat banyak malah. Begitu pun breaking dawn –walau tidak sebanyak eclipse-. Tapi bukan itu yang mengusik pikiranku sebenarnya. Hmm.. bagaimana cara menjelaskannya ya. Aku memang terpesona dengan kisah Edward-Bella-Jacob secara keseluruhan. Walaupun aku juga tidak berkeberatan dengan pendapat sahabatku bahwa sosok Edward itu.. to good to be truth. Even rasanya tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Well.. kecuali bahwa sosok vampir itu benar-benar ada. Yang membuatku terpesona, takjub, bahkan mungkin iri adalah bagaimana ke-3 orang itu benar-benar tau apa yang mereka inginkan. Walaupun dalam perjalanannya mereka melakukan banyak kesalahan, jatuh terjerembab, kebingungan, dibenci, dan sebagainya dan sebagainya, dalam hati kecilnya mereka tetap tau apa yang mereka mau, apa yang menjadi tujuan mereka. Dan walaupun rasanya-kelihatannya keinginan dan tujuan mereka mustahil, mereka tetap menyediakan satu ruang dihati dan pikiran mereka, membiarkan harapan akan tercapainya tujuan itu tetap ada, tumbuh dan berkembang. Dan pada akhirnya, ada yang menjelma –kita kan memang tidak selalu mendapat apa yang kita mau-.
Walaupun rasanya menyimpang, tapi setelah membaca 2 buku itu, aku jadi teringat pr –lagi-lagi dari buku, kali ini dari Quantum Ikhlas- yang belum aku selesaikan. Mungkin bagi mereka yang sudah membaca buku itu tau pr apa yang kumaksud. Disalah satu bab-nya –kalau tidak salah bab 7- ada pertanyaan-pertanyaan sederhana yang sama sekali tidak mudah untuk dijawab –setidaknya untukku-
Pertanyaan-pertanyaannya kurang lebih seperti ini:
- Apa sih keinginanku?
- kenapa menginginkan itu?
- kalau berhasil mendapatkannya, bahagiakah?
Kenapa?
- Bisa bahagia ga, kalau tidak kesampaian?
- bagaimana dengan yang sudah didapat selama ini?
Membahagiakan ga?
- Apa arti kebahagiaan buatku?
Untukku ini tidak mudah, karna untuk menjawabnya, aku harus benar-benar menelaah hatiku. Mencari jauh kedalam, dengan tetap mengupayakan kejujuran atasnya. Mengabaikan salah satu sifat dasar manusia yang selalu ingin tampil baik, ktidak dihakimi, apalagi dilecehkan seandainya jawaban-jawabanku itu dianggap aneh –walaupun tidak ada keharusan untuk berbagi jawaban dengan orang lain-.
Rasanya aku harus segera menyediakan waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.
Mampukah??????