Jum'at kemaren (070706) aku dapet kiriman dari K' Nana. Itu loh, temen chat aku dari Bali. dia kirim surat plus kwitansi infak GN. jadi ga enak deh aku ngejar2 dia soal kwitansi. Abis gimana lagi, aku juga dikejar-kejar Ita, mau buat laporan infak bulanan. Jadi maen kejar-kejaran deh!!!
Ternyata uang yang aku kirim itu ga semuanya diberikan tunai ke Panti. Ada yang dibelikan Al Qur'an dan Iqro. Ada yang dibelikan sembako dan sisanya tunai. It's not a big deal for me (us). Terserah aja, toh K' Nana yang lebih tau kebutuhan mereka disana. Klo Al Qur'an lebih dibutuhkan, ya monggo.
K' Nana juga cerita klo dia juga bawa kantong berisi kue-kue untuk dibagikan ke ade'2 panti (klo ini sih kyknya sumbangan pribadi kk nana). Yang mengharukan adalah bahwa ade'2 itu senang sekali dibawain kue-kue untuk diri mereka sendiri (1 kantong untuk 1 orang). Saking senangnya (mungkin karna mereka jarang sekali atau bahkan tidak pernah) mendapat makanan tambahan seperti, jadi mereka sayang memakannya. Masih menurut cerita kk Nana, kue2 itu dipandang dengan rasa sayang. Sepertinya mereka sayang sekali untuk memakannya. Bayangkan, kue yang tidak seberapa banyaknya, yang tidak seberapa nilainya. Kue yang seringkali terbuang oleh kita hanya karna tidak sesuai dengan selera lidah kita. Kue yang hanya kita simpan dan akhirnya terbuang karna akdaluarsa (saking banyaknya kue yang kita punya).
Membaca suratnya saja, aku trenyuh. Jujur aku sampai merinding jika mengingat betapa banyak jatah ketring dikantorkku yang terbuang hanya karna kami tidak menyukai lauknya. Padahal masih banyak yang membutuhkan makan untuk sekedar bertahan hidup. Yang jangankan kue, bisa makan saja sudah merupakan anugerah besar yang membutuhkan perjuangan.
Lebih trenyuh lagi ketika aku melihat foto-foto yang dikirimkan K Nana. Disitu terlihat betapa mereka sayang pada kantong berisi kue yang diberikan pada mereka, untuk diri mereka sendiri. Mata bening mereka menceritakan segalanya. Ada rasa sayang, takjub, senang, and other expression that can make u drop some tears.
Aku bersyukur bahwa Allah SWT masih sudi menegurku dengan halus, dengan tidak menimpakan azab padaku seperti kelaparan contohnya. Sang Khalik masih sudi menegurku melalui mata-mata bening ade'2 di Panti Miftahul Ulum - Bali.
Melihat mereka, aku merasa sangat kaya, merasa sangat beruntung. Bukankah aku masih memiliki bunda yang bersedia mencintaiku tanpa syarat 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Bukankah aku masih memiliki adik yang walau menjengkelkan namun membuatku merasa tak sendiri. Bukankah aku masih memikili rumah tempat bernaung dan teman-teman tempat berbagi.
Melihat mereka, masalahku sungguh menjadi tidak berarti.
Ya Rabb.........ampuni aku yang selama ini kurang bersyukur
Ya Rabb.........ampuni aku yang selama ini berprasangka buruk pada-MU
Ya Rabb.........terima kasih untuk menegurku dengan cara yang paling halus
Ya Rabb.........beri aku kekuatan dan kemampuan untuk membantu adik2 dan saudara-saudara seimanku
Ya Rabb.........beri ketabahan dan kesabaran pada mereka dalam menjalani ketetapan-MU
Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan
====Sabtu,080706, E201...ditengah pelajaran Pancasila====
Ternyata uang yang aku kirim itu ga semuanya diberikan tunai ke Panti. Ada yang dibelikan Al Qur'an dan Iqro. Ada yang dibelikan sembako dan sisanya tunai. It's not a big deal for me (us). Terserah aja, toh K' Nana yang lebih tau kebutuhan mereka disana. Klo Al Qur'an lebih dibutuhkan, ya monggo.
K' Nana juga cerita klo dia juga bawa kantong berisi kue-kue untuk dibagikan ke ade'2 panti (klo ini sih kyknya sumbangan pribadi kk nana). Yang mengharukan adalah bahwa ade'2 itu senang sekali dibawain kue-kue untuk diri mereka sendiri (1 kantong untuk 1 orang). Saking senangnya (mungkin karna mereka jarang sekali atau bahkan tidak pernah) mendapat makanan tambahan seperti, jadi mereka sayang memakannya. Masih menurut cerita kk Nana, kue2 itu dipandang dengan rasa sayang. Sepertinya mereka sayang sekali untuk memakannya. Bayangkan, kue yang tidak seberapa banyaknya, yang tidak seberapa nilainya. Kue yang seringkali terbuang oleh kita hanya karna tidak sesuai dengan selera lidah kita. Kue yang hanya kita simpan dan akhirnya terbuang karna akdaluarsa (saking banyaknya kue yang kita punya).
Membaca suratnya saja, aku trenyuh. Jujur aku sampai merinding jika mengingat betapa banyak jatah ketring dikantorkku yang terbuang hanya karna kami tidak menyukai lauknya. Padahal masih banyak yang membutuhkan makan untuk sekedar bertahan hidup. Yang jangankan kue, bisa makan saja sudah merupakan anugerah besar yang membutuhkan perjuangan.
Lebih trenyuh lagi ketika aku melihat foto-foto yang dikirimkan K Nana. Disitu terlihat betapa mereka sayang pada kantong berisi kue yang diberikan pada mereka, untuk diri mereka sendiri. Mata bening mereka menceritakan segalanya. Ada rasa sayang, takjub, senang, and other expression that can make u drop some tears.
Aku bersyukur bahwa Allah SWT masih sudi menegurku dengan halus, dengan tidak menimpakan azab padaku seperti kelaparan contohnya. Sang Khalik masih sudi menegurku melalui mata-mata bening ade'2 di Panti Miftahul Ulum - Bali.
Melihat mereka, aku merasa sangat kaya, merasa sangat beruntung. Bukankah aku masih memiliki bunda yang bersedia mencintaiku tanpa syarat 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Bukankah aku masih memiliki adik yang walau menjengkelkan namun membuatku merasa tak sendiri. Bukankah aku masih memikili rumah tempat bernaung dan teman-teman tempat berbagi.
Melihat mereka, masalahku sungguh menjadi tidak berarti.
Ya Rabb.........ampuni aku yang selama ini kurang bersyukur
Ya Rabb.........ampuni aku yang selama ini berprasangka buruk pada-MU
Ya Rabb.........terima kasih untuk menegurku dengan cara yang paling halus
Ya Rabb.........beri aku kekuatan dan kemampuan untuk membantu adik2 dan saudara-saudara seimanku
Ya Rabb.........beri ketabahan dan kesabaran pada mereka dalam menjalani ketetapan-MU
Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan
====Sabtu,080706, E201...ditengah pelajaran Pancasila====